Kemampuan mendasar dari karya ilmiah adalah menulis. Menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa yang harus dimiliki oleh setiap orang apalagi seorang guru menulis dalam arti komunikasi adalah suatu sarana untuk menyampaikan buah pikiran, gagasan ide pengetahuan, harapan, dan pesan. Menulis bagi guru menjadi masalah yang cukup dilematik, antara esensi kemampuan diri yang tidak bisa dipaksakan dengan syarat, tugas, dan tuntutan keilmuan (profesionalisme). Padahal menulis mempunyai peranan yang cukup tinggi dan strategis. Menurut Tompkins (1998), masyarakat yang tidak mampu mengekspresikan pikiran dalam bentuk tulisan, akan tertinggal jauh dari kemajuan karena kegiatan menulis dapat mendorong perkembangan intelektual seseorang sehingga mampu berpikir kritis. Hal ini diperkuat dengan pendapat Targigan (1992) bahwa indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat ari maju tidaknya komunikasi tulis bangsa itu. Menulis itu sulit! Tidak semua orang bisa bisa menulis! Menulis itu perlu bakat! Saya tidak punya bakat menulis! Saya tidak mampu menulis! Saya tidak ada waktu menulis! Saya sibuk! Saya sudah tua! Saya capek dan letih setelah seharian mengajar! itulah beberapa ungkapan dari beberapa guru ketika saya melakukan pendampingan dalam suatu workshop karya tulis ilmiah (KTI). Pertanyaan besar yang muncul dari benak penulis adalah: apakah benar menulis itu sulit? Apakah benar usia yang tua menjadi penghalang untuk menulis? Apakah benar guru tidak mampu menulis? Dan apakah benar guru tidak mempunyai waktu untuk menulis.
Menurut hemat penulis, menulis itu tidak sulit alias mudah, bahkan sangat mudah. Menulis penulis muda produktif Andrias Harefa, keterampilan penulis, apakah fiksi (cerpen, novel, dan sebagainya) maupun nonfiksi (artikel, buku, dan sebagainya) adalah keterampilan sekolah dasar alias SD. Artinya, sampai batas tertentu semua orang yang telah tamat SD bisa menulis dan mengarang. Adam Malik, wartawan yang pernah menjadi Wakil Presiden era Orde Baru, hanya menduduki bangku sekolah sampai kelas 5 SD. Namun, orang mengakui bahwa beliau adalah wartawan yang pandai menulis.
Lebih lanjut Andrias Harefa menguraikan dalam bukunya yang berjudul Agar Menulis Mengarang Bisa Gampang bahwa ada beberapa tips agar mudah menulis dan mengarang, yakni sebagai berikut.
1. Menulis dan mengarang adalah keterampilan sekolah dasar (SD).
2. Menulis dan mengarang harus mempunyai visi dan motivasi yang jelas. Menulis dan mengarang hanya bisa gampang kalau ada tujuan, visi, dan sasaran yang membangkitkan motivasi juang untuk menulis.
3. Rajinlah "mengunyah-ngunyah" pertanyaan, dan Anda akan mudah menemukan ide-ide yang bisa ditulis, sehingga menulis dan mengarang bisa jadi gampang.
4. Menulis dan mengarang bisa gampang kalau kita punya cinta. Segampang seorang remaja belia menulis puisi-puisi romantis ketika merasa sedang "jatuh cinta".
5. Ciptakan suasana yang dapat memicu ide Anda. Pendek kata, pemicu ide ada di mana-mana. Yang dibutuhkan hanyalah suasana hati yang kondusif dan kebiasaan mengamati situasi sekitar.
Sumber: Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
@
Tagged @ KTI
0 comments:
Post a Comment - Kembali ke Konten